Bayangkan kamu tiba-tiba kehilangan pekerjaan atau harus menanggung biaya medis mendadak. Tanpa dana darurat, situasi ini bisa bikin stres dan memaksa kamu berutang. Faktanya, 60% orang dewasa di Indonesia tidak punya cukup tabungan untuk menghadapi krisis finansial. Dana darurat bukan sekadar cadangan, ia adalah “jaring pengaman” yang bikin kamu tetap stabil saat keadaan buruk datang.
Nah, kalau kamu belum punya dana darurat, tenang saja. Mulai dari sekarang masih bisa! Artikel ini bakal kasih kamu 5 cara praktis buat bangun tabungan darurat, bahkan dengan penghasilan pas-pasan. Simak sampai habis biar kamu bisa tidur nyenyak tanpa khawatir soal keuangan mendadak!
1. Hitung Kebutuhan Dana Darurat Ideal Versi Kamu Sendiri
Dana darurat bukan angka asal-asalan. Idealnya, kamu perlu menyiapkan dana setara 3–6 bulan pengeluaran rutin. Misalnya, kalau pengeluaran bulananmu Rp5 juta, target dana daruratmu sekitar Rp15–30 juta. Angka ini bisa lebih besar kalau kamu freelancer atau punya tanggungan keluarga.
Untuk menghitungnya, catat semua pengeluaran tetap seperti sewa rumah atau cicilan KPR, tagihan listrik, biaya pulsa/kuota data, transportasi, dan cicilan lainnya. Jangan lupa sisihkan juga untuk kebutuhan tak terduga seperti biaya kesehatan. Dengan punya target jelas, kamu bisa lebih fokus menabung tanpa merasa terbebani.
2. Pisahkan Rekening Tabungan Biasa dan Dana Darurat
Menabung di rekening yang sama dengan gaji sering bikin kamu tergoda pakai uangnya. Solusinya, buka rekening terpisah khusus dana darurat. Pilih rekening dengan akses mudah tapi tidak terhubung ke e-wallet atau kartu debit biar tidak gampang tergoda.
Beberapa bank menawarkan fitur auto-debit yang bisa memindahkan sebagian gaji ke rekening dana darurat. Dengan begini, kamu “memaksa diri” menabung sebelum sempat belanja. Kalau mau lebih aman, pilih tabungan berjangka dengan bunga lebih tinggi, tapi pastikan tetap bisa diambil dalam kondisi darurat.
3. Gunakan Fitur “Sisihkan Gaji Otomatis” di Aplikasi Bank
Kalau sulit disiplin menabung manual, manfaatkan fitur auto-debit yang sudah tersedia di hampir semua aplikasi bank. Kamu bisa setor otomatis 10-20% dari gaji ke rekening dana darurat setiap bulan. Beberapa bank bahkan punya fitur “celengan digital” dengan sistem lock balance, jadi uangnya nggak bisa diambil sembarangan.
Kalau butuh dana cepat tanpa ribet, aplikasi kredit seperti Kredivo bisa jadi opsi dengan proses yang mudah serta bunga kompetitif dan transparan mulai dari 1.99% per bulan. Tapi ingat, ini hanya untuk kebutuhan darurat seperti biaya medis atau perbaikan rumah, bukan buat belanja impulsif. Utang tetap harus dibayar tepat waktu!
Jika perlu belanja sesuatu yang bisa dicicil, Kredivo bisa jadi opsi dengan cicilan 3 bulan tanpa bunga (khusus member Premium). Limitnya juga cukup besar hingga Rp50 juta. Jadi, sangat fleksibel untuk digunakan baik kebutuhan dana darurat maupun utang produktif lainnya.
4. Cari Pekerjaan Sampingan
Menabung dari gaji utama saja seringkali kurang cepat. Coba cari side hustle seperti jualan produk digital, freelance, atau jadi driver online. Penelitian menunjukkan orang dengan multiple income streams bisa mencapai target tabungan 2x lebih cepat.
Kalau punya skill khusus seperti desain atau menulis, kamu bisa tawarkan jasa di platform freelancer. Hasilnya bisa langsung dialokasikan ke dana darurat. Ingat, penghasilan tambahan ini jangan malah dipakai buat belanja impulsif!
5. Tegas Kurangi Pengeluaran Tidak Penting
Coba cek lagi pengeluaran bulanan, apakah ada yang bisa dipotong? Misalnya, langganan streaming yang jarang dipakai atau makan di luar terlalu sering. Dengan mengurangi lifestyle inflation, kamu bisa mengalokasikan lebih banyak uang ke dana darurat.
Buat skala prioritas: kebutuhan primer dulu, baru hiburan. Kalau biasanya nongkrong di kafe 2x seminggu, kurangi jadi 1x. Uang yang dihemat bisa langsung ditransfer ke rekening dana darurat. Perlahan-lahan, tabunganmu akan terkumpul tanpa harus merasa kekurangan.